Pela/Gandong

Hubungan Pela Gandong

Hubungan Pela dan atau Gandong adalah suatu hubungan berdasarkan nilai-nilai sejarah dan budaya dimana terjadi hubungan darah atau sekandung antara dua atau tiga orang/kelompok dan atau hubungan yang terjadi akibat suatu peristiwa, kejadian tertentu yang dirasakan menguntungkan kedua bela pihak atau sebaliknya merugikan kedua bela pihak. Hal ini dapat dikaji melalui perjanjian hubungan pela gandong sebagai berikut :


Pela Gandong antara Amalohy – Kamarian dan Silalou – Sepha
Asal dari Nunusaku…. Gandongee,  dua Moyang adik kakak, Satu ibu satu bapa
Dipesisir Waiaka ……. Gandongee, perpisahan dua moyang, adik tinggal sebelah timur kakak di pantai selatan………………………………………………………………………………
Amalohy- Silalou hidup  orang basudara, hidop adik dengan kakak ………………………………………………………………

Teman ! inilah sepanggal kata-kata dari lagu yang menggambarkan hubungan Gandong antara Kamarian dan Sepha.

Hubungan Pela antara Amalohy dan Silalou hingga kini belum ada suatu konsep cerita yang jelas dan akurat, lebih banyak masih merupakan ceritera yang dituturkan oleh leluhur. Namun suatu presepsi yang pasti adalah bahwa antara Amalohy dan Silalou, terpatri dua konsep yaitu ; Konsep Gandong, suatu hubungan persaudaraan Adik dan Kakak yang terjadi ratusan tahun yang lalu, semasa dipedalaman Nusa Ina dan  Konsep Pela, suatu kejadian entah itu baik atau jelek yang dibutuhkan suatu ikatan janji pada saat yang bersamaan dengan diketahuinya hubungan persaudaraan mereka ( Amalohy-Silalou ).  Lebih lanjut konsep ceritera hubungan ini diangkat dari ceritera tentang sungai Wai- Aka yang berada di pinggir Negeri Kamarian.  Menurut ceritera, bahwa nama AKA adalah ketentuan dua orang bersaudara segandong. Pada saman dulu kala ketika orang Maluku masih berada di daerah Pedalaman Nusa Ina, khususnya di bagian barat  dengan keadaan primitive, percaya kepada apa saja menurut pengertian mereka seperti pohon pohon-pohon besar, batu-batu besar, gunung-gunung tinggi dan terutama arwah orang mati. Masih hidup dengan pakaian kulit kayu yang ditumbuk halus mengambil serbuknya membuat cawat penutup tubuh pria dan wanita. Hidup dalam keadaan yang kurang peradaban itulah, terjadi saling bermusuhan satu dengan yang lain dari adanya pemaksaan hubungan sex, kawin tindakan dan lain sebagainya. Permusuhan-permusuhan kecil itulah  menyebabkan timbul yang disebut perang saudara sehingga terjadi Patasiwa dan Patalima seperti yang sudah dijelaskan terdahulu.
Ada dua orang moyang beradik – kakak. Adapun kakak disebut Waka dan adik disebut Wari dalam bahasa tanah. Akibat perang itu, maka terjadi pula pengungsian (pelarian) keluarga-keluarga secara berkelompok mencari tempat kediaman yang aman dan baik. Ada dua orang adik dan kakak ditunjuk menjadi kepala urusan perlindungan pengungsian keluarga-keluarga yang harus mundur ke selatan yaitu ke pesisir laut masing-masing dengan kelompoknya, sedangkan yang lainnya termasuk semua laki-laki harus bersiap-siap menghadap musuh yang datang dari sebelah utara dan barat. Kedua kakak-beradik ini dalam melindungi keluarga dan anak-anak yang mengungsi, pada suatu saat yang tidak terduga mereka diserang dari bagian timur yang tidak dijaga, terjadi pertarungan yang sengit  pada masing-masing kelompok. bersama kelompok pelindung terdapat korban di kedua bela pihak . Masing masing mempunyai tanggung jawab utuk melindungi dan menghantar kelompoknya maka mau tak mau mereka harus berpisaha, adik menyingkir menuju daerah timur, dan kakak menetap di daerah itu.  perpisahan itu terjadi pada tepi sungai yang waktu itu belum diberi nama, maka adik langsung berkata bahwa namakanlah sungai ini AKA atau Wai- Aka dan sekaligus berjanji : Bahwa satuwaktu kelak anak cucu kita akan mengikat hubungan Saudara segandong disebut Pela Gandong. Adik ini kemudian bertemu keluarganya dan kemudian berkumpul berasama, lalu mereka mengunsi terus berjalan sampai mereka tiba pada sebuah sungai yang dirasa baik untuk ditempati dan adikpun menamakan sungai itu Wari  atau Wai-Ari yang adik miliki sekarang di negeri Sepha. Jadi Wai-Aka artinya air yang dimiliki kakak dan Wai- Ari artinya air yang dimiliki adik. Ahirnya hubungan Pelapun terikatlah yang disebut Pela Tuni (Kamarian – Sepha) Amalohy – Silalou.