Monday, October 24, 2011

Sekilas Tentang Maluku

Sebutan “ Alif ’ Uru  atau diartikan Manusia Pertama  adalah sebutan untuk orang asli yang mendiami tanah Maluku sejak mulanya, Nusa Ina lah tempatnya. Kehadiran mereka di Maluku ini dalam dua masa yang dikenal denga 9 (Sembilan) generasi  dan  5 (lima)  genarasi  atau yang lebih dikenal dengan sebutan “ SIWA LIMA “  yang bagi orang Maluku telah menjadi asas kemasyarakatan .
Nunusaku merupakan lingkungan pertama tempat upu ama dan upu ina dilahirkan, setelah meraka berkembangbiak dan keturunannya mencapai Sembilan generasi pertama maka generasi itu keluar atau sela ke lingkungan kedua yang dinamakan TALAMENASIWA.
Nunusaku adalah suatu naungan, yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Hidup  atau UPUU LANIT  kepada moyang orang Maluku pada saat itu. Nunusaku terdiri dari dua suku kata “ Nunu” yang artinya beringin  dan “ N’Saku “ yang artinya naungan yang suci. Sedangkan Talamenasiwa terdiri dari tiga kata yaitu :
1.       “ Tala” yang menyatakan tempat, yaitu sunagi/wai Tala di pulau Nusa ina bagian barat
2.       “Mena “  yang menyatakan permulaan dalam sejarah suku bangsa Maluku
3.       “ Siwa “ yang menyatakan Sembilan generasi
Sebelum saya melanjutkan, ingin saya tambahkan khusus ceritera tentang Siwa Lima sebagai mana dijelaskan diatas, ada satu tulisan dari Diter Bartles, penulis berkebangsaan Jerman yang menulis tentang Pela di Maluku. Dia mengartikan Siwa Lima sebagai suatu keyakinan/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh orang Maluku pada saat itu. Secara sederhana digambarkan bahwa : Bumi ini terdiri dari  empat penjuru yaitu barat, timur, selatan dan utara sementara mahkluk yang paling mulia, Manusia yang ada di bumi ini mempunyai lima penjuru yaitu Kepala, tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan dan kaki kiri, sehingga bila dijumlahkan menjadi  9 ( Sembilan)  penjuru dan dari Sembilan ini terdapat lima yang bergerak menguasai bumi ini yaitu manusia. Iniliah keyakinan orang Maluku kala itu dan berkembang menjadi suatu kekuatan kebersamaan di daerah Maluku dewasa ini. Kebenaran tentang ceritera- ceritera  ini masih perlu ditelusuri dan dikaji lebih mendalam lagi, saya hanya menyampaikan apa yang perna saya dengar dan saya baca.
Ok teman kita lanjutkan lagi !
Ketika moyang Maluku keluar atau sela ke Talamenasiwa itu, barulah timbul kesadaran diantara mereka bahwa mereka masih polos atau telanjang. Atas kesadaran itulah maka secara instingtif, setiap mereka memilih  apa yang dapat digunakan sebagai penutup tubuhnya terutama untuk menutupi kemaluannya. Penutup tubuh atau kemaluan disebut Cawat atau Cidaku.
Adapun mereka yang mengambil Ai Laine atau daun kayu guna menutupi tubuh atau kemaluan, mereka disebut bangsa Alune, sedangkan mereka yang mengambil Ai Wemale atau kulit pohon kayu wemal guna menutupi tubuh atau kemaluan, mereka disebut bangsa Wemale. Demikian sejarah terbentuknya 2 (dua) suku yang terutama di tanah Maluku, yang disebut atau ditetapkan menurut pakaian kebangsaan mereka yang utama atau primer itulah “ daun kayu dan kulit kayu “
Moyang Maluku berdiam di Talamenasiwa hanya selama lima generasi saja, sebelum akhirnya terjadi yang disebut dengan  Risa atau Lisa Siwa Lima atau perang antar sesama saudara yang mencerai beraikan moyang orang Maluku terpisah satu dengan yang lainnya, pergi meninggalkan Nunusaku dan juga Talamenasiwa tersebar atau terpencar mendiami seluruh tanah Maluku.
Pada masa sebelum tersebar meninggalkan Nunusaku dan Talamenasiwa, pada saat itu telah terbentuk suatu tatanan atau suatu sistim kepemimpinan atau pemerintahan yang dikenal dengan “Sama-Suru” yang berarti  membagi fungsi atau terbagi untuk berfungsi. Fungsi-fungsi ini yang merupakan kekuatan pemerintahan negeri-negeri di Maluku sekarang ini yang adalah antara lain :
1.       Badan Legislatif atau  Saniri Negeri
2.       Badan Eksekutif atau  Raja / Patty / Latu  ( mauwen )
3.       Badan Yudikatif  atau Latu Nusa atau Upu Hena atau Tuan Tanah, yang dalam bahasa Kamarian dikenal Aman Upui.
Sebab itu, meskipun Risa siwa lima atau perang saudara telah menyebabkan Moriale  atau kebangsaan yang pertama  dan yang besar terpecah menjadi Henaja atau banyak negeri . Walaupun tiap henaja atau negeri berdiri sendiri, tetapi semua negeri itu memiliki  susunan pemerintahan adat yang sama , yang demokratis-aristokratis melalui badan hokum seperti tersebut di atas.
Pada mulanya hanya ada Sou Ina Tuny atau Sou Esa atau satu bahasa yaitu bahasa ibu yang sejati, yang digunakan sebagai alat komunikasi antara sesame orang Maluku yang mendiami tanah Nunusaku, kemudian setelah Moriale  terbagi mejadi banyak Hena, maka Sou Ina Tuny itu terbagi menjadi banyak bahasa tanah atau bahasa daerah, hamper sebanyak jumlah negeri-negeri itu juga, termasuk bahasa negeri Amalohy (Kamarian). Di Nusa Ina saja terdapat 13 (tiga belas) bahasa daerah disamping bahasa alone dan wemale, diluar Nusa ina terdapat bahasa Kei, Tanimbar,Buru,Dobo,Ternate dan lain sebagainya, yang kesemua bahasa daerah tersebut mengandung unsur-unsur bahasa Alune dan Wemale, yang dapat diperhatikan dari nama-nama matarumah dari penduduk di Pulau Ambon, Lease, Manipa,Kelang, Buano dan lain-lain.
Demikianlah, meskipun Sou Ina Tuny  terbagi menurut kondisi kepulauan Maluku, tetapi SIWA’LIMA sebagai asas kemasyarakatan Maluku tetap merupakan tanda yang memperlihatkan eksistensi dan kebudayaan yang sejati.

No comments:

Post a Comment